Sebelum menjadi Presiden RI ke-2, nama Soeharto sudah dikenal penduduk Pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Sebab di sanalah, Soeharto pernah bersemadi. Tepatnya di Gua Semar. Kata Rusmanto, juru kunci Gua Semar, lokasi itu adalah istana terakhir Mandala Sari alias Semar. Di sanalah Semar bersemadi abadi setelah pertapaan di berbagai tempat. "Menurut kepercayaan, urut-urutan pertapaan di tanah Jawa selalu berakhir di kawasan Dieng," ujar Rusmanto di artikel Dari Gua Semar, Wangsit itu Berasal, pada Edisi Khusus Soeharto Majalah Tempo, 10 Februari 2008.
Gua Semar berada pada ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut. Letaknya di antara kawasan pariwisata. "Di sana pula Soeharto memperoleh wangsit menjadi pemimpin." Dari Gua Semar, Soeharto mandi di Telaga Warna. Telaga ini melambangkan empat nafsu yang harus dikendalikan: lawamah, amarah, suï¬yah, dan mutmainah. Dan pengendalian nafsu itu dilakukan di Gua Jaran, terletak di sebelah utara Gua Semar. Selanjutnya, Soeharto menuju ke Gua Sumur. Sedikit lebih lebar dari Gua Semar, Gua Sumur memiliki sumber air yang tingginya stabil. Pada musim hujan atau kemarau, volume airnya tetap. Sumber air di gua ini juga disebut air kehidupan.
"Dari penghuni Gua Sumur, Soeharto mendapat petunjuk: jangan ragu untuk pasrah kepada Sang Kuwasa (Yang Kuasa)," kata Rusmanto. "Agar selalu dilindungi atau disembuhkan dari berbagai penyakit."
Soeharto menutup perjalanan tapanya di Kawah Si Kijang, Kawah Sileri, Sumur Jolotundo, dan Kawah Condrodimuko. Selama proses persemadian, para pengawal Soeharto menunggu dari kejauhan. Ia hanya ditemani seorang juru kunci, Darmaji, yang merupakan paman Rusmanto. "Darmaji lah yang menceritakan semuanya ke saya." (http://www.tempo.co/read/news/2013/03/31/078470276/Di-Gua-Semar-Soeharto-Dapat-Wangsit-Jadi-Presiden)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar