A. Notulasi :
Beliau
mengatakan bahwasannya teater berangkat dari salah satu gagasan Imanuel Kant
yang mengatakan pada masa ‘was of Aufklarung’, sekitar tahun 1784 bahwasannya
teater adalah merupakan tindak pencerahan. Artinya, menuju pada pemahaman
aspirasi dan ide yang disampaikan pada masyarakat melalui sebuah pertunjukan. Cuplikan
sejarah pada tanggal 19 September 1945 ketika tentara jepang menghalau masyarakyat
Indonesia tetap berani menyuarakan kegelisahannya lewat suara publik pementasan
dilapangan Ikada. Arifien C. Noer lebih
mengekplorasi kegelisahan masyarakat
kemiskinan dalam masyarakat dan kekejaman masyarakat. Masyarakat miskin gelisah
akan judi yang terjadi di sekeliling mereka yang kemudian membuat masyarakat
menjadi gila.
Waktu
menyuarakan suara public para seniman berkesinambungan dengan para intelektual
dengan tujuan yang sama yaitu ingin mensejahterkan kembali masyarakat
Indonseia. Secrecy adalah selubung dalam masyarakat. Karya refletik
dalam mendorong masyarakat menafsirkan penuh kesadaran lingkungan sosialnya. Jadi
tujuan teater dalam ruang public adalah untuk menyuarakan kegelisahan yag
sedang terjadi dimasyarakat dengan kreatifitas seniman itu.
B.
Peserta :
1.
Dzatmiati Sari
2.
Amalia Rosyidah
3.
Fitri Indrayanti
4.
Ja’far Shiddiq
5.
Rajab Hussain
6.
Nurul Hidayanti
7.
Jarot
8.
Irfan (Ipeng)
9.
Dimaz Nurzaman
10.
Kismayenni Kotto
C.
Sessi Talk Show
1.
Posisi teater pada saat ini apa iya masih sama dengan pola piker pegiat teater
pada masa awal pencerahan, semasa perjuangan naskah Mastodon? (by:Idat )
Tugas
seniman menjawabnya, karena kemajuaun jaman yang berpengaruh. Bisa saja dengan
tanpa menggunakan ideology samahalnya dengan teater Koma yang menggunakan
system pasar untuk memperjuangkan keteateran, semisal mempublilkasikan teater
dengan rupa pertunjukan. Sudah tidak masanya seniman dikata creator, patutunya
produser.
Menurutnya
cara mendekatkan teater terhadap public adalah tidak dengan langkah yang manual
lagi, semacam turun dengan sesuatu yang aneh ke pasar-pasar. Sudah masanya
idealism dan kreatifitas mereka diperbantukan dengan perangkat digital.
Ambillah Teater Syahid yang secara geografis berada di lingkungan akademisi
menyesuaikan pertunjuan yang in feel dengan ligkungannya.
2.
Berarti secara tidak langsung teater mulai dikomersilkan yang dikhawatirkan
hanya mementingkan finance dalam segala halnya donk? (by:Jafar)
Narasumber
:
Memang
begitu secara tidak langsung, tapi tidak bisa disamakan dengan
3.
Ketika dalam makalah narasumber berbicara bahwasannya teater dikatakan berhasil
bila telah mampu mencerahkan, maka tak sesuai lagi donk ketika tujuannya hanya
sebatas media hiburan? (by:Amel)
Narasumber
:
Tetap
saja bisa menggunakan unsure-unsur yang menjadi minat masyarakat pada saat itu.
Braigh pun berujar begitu yang kemudian diartistikkan oleh Arifin C.
Noer. Mengutip argument Braigh bahwasannya teater pada saat ini harusnya
“memanfatkan property yang ada pada saat ini dengan tetap memijakkan pada nilai
estetika dalam kesenian.” Utopis juga memang
4.
Lalu akhir dari tujuan teater yang dikata narasumber telah mengalami
‘pencerahan’ apakah tetap sah ketika berada pada masa saat ini yang tak lagi
menyesuaikan konteks dan situasi masyarakat tidak lagi seperti dulu? (by:Dimas)
Narasumber
:
Gimana
juga, memang butuh keberanian tersendiri dari para teatrawan penerus. Ini
memang pertanyaan jaman, dan hanya kalangan tertentu yang mau menjawabnya,
pastinya yang mau mendalami dunia keteateran dan setia mentradisikan budaya
teater nenek moyang yang lebih patut dibilang kuno.
5.
Apa iya teater yang saat ini ruang lingkupnya terbatas pada kalangan tertentu-tentunya
dengan melihat keadaan teater saat ini-disebabkan karena adanya tindak
kapitalism dari pemerintahan?(by:Ja’far)
Narasumber
:
Sebenarnya
tidak ada, hanya saja ekspansi kemajuan tekhnologi yang lebih mendominasi
daripada langkah para pelaku teater.
6.
Apa iya pelaku teater sekarang terlalu nyaman dengan karya-karya baheula
kemudian mementaskannya sehingga tidak ada tindak kreasi pada masa ini,
setidaknya menjadikan teater popular sebagai suplemen masyarakat Indonesia
khususnya? (by: Kismayeni)
7.
Fungsi teater pada masa ini untuk apa ketika masyarakat tidak lagi menjadikan
tontonan lagi karena secara tidak langsung mereka sudah ‘menteaterkan tontonan’
sebagai bentuk yang sifatnya tak lagi tabu? Pada akhirnya pelaku teater di
panggung hanya ‘memotret potongan-potongan kehidupan’ tidak menjadikan teater
sebagai media hiburan semata supaya tidak lagi jadul dan tak lagi dijadikan
selera masyarakat. Pribadi pun juga lebih menganjurkan untuk pelaku teater
untuk menjadikan sebuah pertunjukan itu renyah dan bisa dinikmati masyarakat. (by:Aseng).
Narasumber menambahi hanya perlu meningkatkan sisi elaborasi dan daya kreatif
dalam sebuah pertunjukan yang mulai dimasifkan masyarakat. Dan pastinya segala
hal yang reprentetif adalah jauh dari kata kreatif.
Evaluasi
-
Lebih yakin saja dari kawan-kawan pengurus dalam menjalankan sebuah program,
khususnya diskusi semacam ini. Sekecil apapun lingkarannya nuansanakan saja
suasana asyik dalam menjalaninya. Karena ketidakyakinan antar sesame lah
terjadi kambing hitam. —Aseng
- Sosialisasi ke temen-temen yang kurang
barangkali yang menyebabkan jumlah peserta diskusi yang minim dengan menjadikan
sebuah silabus terperinci rupa draft tersendiri. Tak hanya itu saja, sama
halnya yang diucapin ja’far bahwasannya menotulasikan hasil diskusi juga perlu.
Selain itu, keterlibatan teman-teman dalam membungkus proses diskusi dengan
melibatkan parsial-parsial kecil Syahid. ---Kismayeni
Sanggar,
Jum’at 10 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar