Minggu, 13 April 2014

Teori Eksistensialisme



Adakah pandangan para filusuf mengenai seni, khususnya teater?
Salah satu yang ditekankan dari teori eksisitensialisme adalah konkret, aspek yang dianggap benar adalah apa yang sempat dialaminya, kebenaran adalah pandangan yang dialami oleh seseorang secara subjektif. Sekilas orang eksistensialis Nampak seperti orang yang mencari sensasi, namun di sisi lain ia mengajak orang yang ada di sekitar kita adalah mengajak kita untuk berfikir.
Salah satu nilai penting dari eksistensial adalah mengajak manusia untuk berani menghadapi kehidupan ini, seperti yang dilakukan kita pada umumnya. Tujuan dari eksistensi adalah sebuah hampiran atas hamparan yang tidak tebatas dengan mengatakan ‘Ya’ atas kemungkinan-kemungkinan dalam kehidupan.
Perlukah menunjukkan eksistensi individu dalam eksistensi plural (dalam teater misalnya)?
Sebenarnya ketika sudah tergabung dalam sebuah lingkaran, maka tidak ada lagi eksistensi-eksistensi individu. Sah sah saja menganut teori berikut dengan catatan tidak mengedepankan eksistensialisme individu. Eksistensialisme menolak system/aturan, empirisme, dan metode yang jauh dari kata subjektif.
Siapa saja penganut Eksistensialism?
Kiekegard (1813-1855), Nietze (1844-1900), Heidegger (1889-1976), Hussel (1859-1938)Parkay (1998).
Diskusi ketiga dalam lingkaran Syahid di Sanggar pada 18 May 2013 dengan dihadiri oleh : Bowo LPM, Iman Hamdani, Dzatmiati Sari, Ocho, Amel, Fitri, Jafar, Ary, Kamil, Jarot, Ipeng, Heni, Elita. Berlangsung dari mulai pukul 20.00-22.00 WIB.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar