Adakah
pandangan para filusuf mengenai seni, khususnya teater?
Salah
satu yang ditekankan dari teori eksisitensialisme adalah konkret, aspek yang
dianggap benar adalah apa yang sempat dialaminya, kebenaran adalah pandangan
yang dialami oleh seseorang secara subjektif. Sekilas orang eksistensialis
Nampak seperti orang yang mencari sensasi, namun di sisi lain ia mengajak orang
yang ada di sekitar kita adalah mengajak kita untuk berfikir.
Salah
satu nilai penting dari eksistensial adalah mengajak manusia untuk berani
menghadapi kehidupan ini, seperti yang dilakukan kita pada umumnya. Tujuan dari
eksistensi adalah sebuah hampiran atas hamparan yang tidak tebatas dengan
mengatakan ‘Ya’ atas kemungkinan-kemungkinan dalam kehidupan.
Perlukah
menunjukkan eksistensi individu dalam eksistensi plural (dalam teater
misalnya)?
Sebenarnya
ketika sudah tergabung dalam sebuah lingkaran, maka tidak ada lagi
eksistensi-eksistensi individu. Sah sah saja menganut teori berikut dengan
catatan tidak mengedepankan eksistensialisme individu. Eksistensialisme menolak
system/aturan, empirisme, dan metode yang jauh dari kata subjektif.
Siapa
saja penganut Eksistensialism?
Kiekegard
(1813-1855), Nietze (1844-1900), Heidegger (1889-1976), Hussel (1859-1938)Parkay
(1998).
Diskusi
ketiga dalam lingkaran Syahid di Sanggar pada 18 May 2013 dengan dihadiri oleh
: Bowo LPM, Iman Hamdani, Dzatmiati Sari, Ocho, Amel, Fitri, Jafar, Ary, Kamil,
Jarot, Ipeng, Heni, Elita. Berlangsung dari mulai pukul 20.00-22.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar