Minggu, 13 April 2014

Bagi Waktu

Sebuah nilai plus ketika seorang mahasiswa tidak melulu memposisikan dirinya pada hal yang bersifat akademisi. Dengan kata lain menceburkan dirinya dalam kegiatan organisasi sebagai pilihannya. Namun bukan berarti menjauhkan diri dari taklif-taklif tugas yang diamanatkan dosen. Tidak mudah memang melakukan double job sekaligus dalam satu kurun waktu, terlebih opsi kegiatan berkesenian, seperti Teater yang membutuhkan waktu latihan hingga larut malam. Gak sedikit seseorang yang sukses masa depannya lantaran organisasi yang dinaunginya, bukan dari akademik. Banyak cara untuk melaluinya. Mari simak..
1. Mau jadi apa aku kelak?
Pertanyaan inilah yang pada akhirnya membimbing Syahider memiliki sebuah visi dan misi dalam hidup. Sekadar pasword, visi itu pandangan ke depan yang ngegambarin mau jadi apa Syahider kelak. Sedangkan misi upaya mencapai visi. Bisa dibilang visi itu jawaban atas pertanyaan.
“Apa yang paling penting bagimu?”, “Apa yang memberi makna dalam hidupmu?”, “Kamu ingin jadi apa dan apa yang ingin kamu lakukan dalam hidupmu?” Jadi, bila visi Syahider “Mahasiswa Plus”, memang seharusnya merencanakan dan mengatur segalanya. Toh, ga menutup kemungkinan kelak Syahider memiliki multi-keahlian dalam menyongsong kehidupan mendatang.
2. Scheduling:
a. Scheduling Time
Artinya perlu Syahider membuat perencanaan waktu. Bikin jadwal kuliah dan kegiatan organisasi dalam satu timeline yang detail – baik hari, jam, dan tempatnya. Syahider bisa menulisnya di ponsel atau di buku agenda.
b. Scheduling Priority
• Kuadran I:
“Duluwin yang penting dan mendesak”. “Duluin mana ngerjain makalah untuk pertemuan tiga hari mendatang atau laporan pertanggungjawaban yang akan dilangsungkan besok?”
• Kuadran II:
“Penting tapi tidak mendesak”. Ini adalah kuadran kualitas. Perencanaan jangka panjang, mengantisipasi dan menanggulangi masalah-masalah, memberi wewenang pada orang lain, memperluas cakrawala berpikir (membaca buku, surfing internet), membangun hubungan sosial (menengok orang sakit, menghadiri undangan perkawinan, dll).
• Kuadran III:
Bayang-bayang dari Kuadran I. Kuadran ini seesungguhnya, tidak penting tetapi kadang penting lagi mendesak. Kuadran III adalah kuadran tipuan. Jangan salah nilai! Kita kerap mengira aktivitas tertentu adalah aktivitas Kuadran I yang mana kadang terlihat mendesak, padahal tidak (telepon yang berdering, bunyi sms, kunjungan tamu dadakan). Kalaupun penting, mungkin bagi orang lain – but might be not for you.
• Kuadran IV:
Kuadran pemborosan. Ini terjadi karena kita sering terjebak pada Kuadran I dan III sehingga kita sering melarikan diri ke Kuadran IV untuk bertahan; nonton TV/VCD/main game hingga kecanduan, nongkrong/ngopi, baca novel picisan, ngerumpi.
3. Comunication
Biasakan bersikap dan berkomunikasi asertif. Contoh: besok, kamu menghadapi ujian semester. Akan tetapi, kamu juga memiliki agenda latihan yang merupakan kewajiban di Teater Syahid setiap pekannya. Dalam situasi ini, kamu harus mampu mengkomunikasikan. Mintalah ijin ke temen-temen karena memiliki tanggungan mempersiapkan ujian sehingga tidak bisa mengikuti latihan. Terkadang hal ini tidak bisa dimaklumi, karena kesalahan Syahider tidak mempersiapkan ujian pada waktu sebelumnya. Namun, apa salahnya mengkomunikasikan, menghindari salah sangka.
4. Jangan menunda pekerjaan.
Menunda pekerjaan adalah kebiasaan buruk dan tidak bertanggungjawab yang menyebabkan kita kerap terjebak pada Kuadran I secara membabibuta. Kita bisa tiba-tiba merasa semua pekerjaan pada deadline-nya. Padahal jika kita terbiasa mencicil pekerjaan-pekerjaan yang diamanahkan atau dibebankan pada kita, tidak akan berakhir sedemikian naasnya. Biasakanlah setiap hari: membaca kembali kuliah yang diberikan dosen, meringkas buku diktat kuliah, merencanakan kegiatan setiap hari. Meski terasa berat di awal, namun kamu bakal memetik hasil yang menyenangkan di bagian akhir dalam hidupmu, Insya Allah.
4. Jujur
Kalo pepatah jawa bilang, “Sopo wonge Jujur bakal mujur, iso ugo bakal ajur”. Haha..jujur memiliki dua potensi, barangsiapa jujur menuai kemujuran, semisal, saat mengakui diri Syahider sebagai penemu dompet yang tidak sengaja ditemukan di jlan, potensi besar ketika hal yang kemudian dilakukan adalah mengembalikan kepada pemiliknya, yaitu upah isyarat terimakasih. Namun,terkadang jujur juga membawa Syahiders pada kenaas’an. Ketika Syahider meminta izin tidak bisa mengikuti latihan dan tidak datang ke sanggar selama beberapa hari dikarenakan sakit. Tanpa sepengetahuan Syahider, Syahider ketinggalan materi latihan/gosip terbaru sanggar.

Disarikan dari Majalah Annida, No.8/XVII, April 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar