Sebuah nilai
plus ketika seorang mahasiswa tidak melulu memposisikan dirinya pada hal yang
bersifat akademisi. Dengan kata lain menceburkan dirinya dalam kegiatan
organisasi sebagai pilihannya. Namun bukan berarti menjauhkan diri dari
taklif-taklif tugas yang diamanatkan dosen. Tidak mudah memang melakukan double
job sekaligus dalam satu kurun waktu, terlebih opsi kegiatan berkesenian,
seperti Teater yang membutuhkan waktu latihan hingga larut malam. Gak sedikit
seseorang yang sukses masa depannya lantaran organisasi yang dinaunginya, bukan
dari akademik. Banyak cara untuk melaluinya. Mari simak..
1. Mau jadi apa aku kelak?
Pertanyaan
inilah yang pada akhirnya membimbing Syahider memiliki sebuah visi dan
misi dalam hidup. Sekadar pasword, visi itu pandangan ke depan yang ngegambarin
mau jadi apa Syahider kelak. Sedangkan misi upaya mencapai visi. Bisa
dibilang visi itu jawaban atas pertanyaan.
“Apa yang
paling penting bagimu?”, “Apa yang memberi makna dalam hidupmu?”, “Kamu ingin
jadi apa dan apa yang ingin kamu lakukan dalam hidupmu?” Jadi, bila visi Syahider
“Mahasiswa Plus”, memang seharusnya merencanakan dan mengatur segalanya. Toh,
ga menutup kemungkinan kelak Syahider memiliki multi-keahlian dalam menyongsong
kehidupan mendatang.
2. Scheduling:
a. Scheduling Time
Artinya perlu Syahider
membuat perencanaan waktu. Bikin jadwal kuliah dan kegiatan organisasi dalam
satu timeline yang detail – baik hari, jam, dan tempatnya. Syahider bisa
menulisnya di ponsel atau di buku agenda.
b. Scheduling Priority
• Kuadran I:
“Duluwin yang penting dan mendesak”.
“Duluin mana ngerjain makalah untuk pertemuan tiga hari mendatang atau laporan
pertanggungjawaban yang akan dilangsungkan besok?”
• Kuadran II:
“Penting tapi tidak mendesak”. Ini
adalah kuadran kualitas. Perencanaan jangka panjang, mengantisipasi dan menanggulangi
masalah-masalah, memberi wewenang pada orang lain, memperluas cakrawala
berpikir (membaca buku, surfing internet), membangun hubungan sosial (menengok
orang sakit, menghadiri undangan perkawinan, dll).
• Kuadran III:
Bayang-bayang dari Kuadran I.
Kuadran ini seesungguhnya, tidak penting tetapi kadang penting lagi mendesak.
Kuadran III adalah kuadran tipuan. Jangan salah nilai! Kita kerap mengira
aktivitas tertentu adalah aktivitas Kuadran I yang mana kadang terlihat
mendesak, padahal tidak (telepon yang berdering, bunyi sms, kunjungan tamu
dadakan). Kalaupun penting, mungkin bagi orang lain – but might be not for you.
• Kuadran IV:
Kuadran pemborosan. Ini terjadi
karena kita sering terjebak pada Kuadran I dan III sehingga kita sering
melarikan diri ke Kuadran IV untuk bertahan; nonton TV/VCD/main game hingga
kecanduan, nongkrong/ngopi, baca novel picisan, ngerumpi.
3. Comunication
Biasakan bersikap dan berkomunikasi
asertif. Contoh: besok, kamu menghadapi ujian semester. Akan tetapi, kamu juga
memiliki agenda latihan yang merupakan kewajiban di Teater Syahid setiap
pekannya. Dalam situasi ini, kamu harus mampu mengkomunikasikan. Mintalah ijin
ke temen-temen karena memiliki tanggungan mempersiapkan ujian sehingga tidak
bisa mengikuti latihan. Terkadang hal ini tidak bisa dimaklumi, karena kesalahan
Syahider tidak mempersiapkan ujian pada waktu sebelumnya. Namun, apa salahnya
mengkomunikasikan, menghindari salah sangka.
4. Jangan menunda pekerjaan.
Menunda pekerjaan adalah kebiasaan buruk
dan tidak bertanggungjawab yang menyebabkan kita kerap terjebak pada Kuadran I
secara membabibuta. Kita bisa tiba-tiba merasa semua pekerjaan pada
deadline-nya. Padahal jika kita terbiasa mencicil pekerjaan-pekerjaan yang
diamanahkan atau dibebankan pada kita, tidak akan berakhir sedemikian naasnya.
Biasakanlah setiap hari: membaca kembali kuliah yang diberikan dosen, meringkas
buku diktat kuliah, merencanakan kegiatan setiap hari. Meski terasa berat di
awal, namun kamu bakal memetik hasil yang menyenangkan di bagian akhir dalam
hidupmu, Insya Allah.
4. Jujur
Kalo pepatah jawa bilang, “Sopo
wonge Jujur bakal mujur, iso ugo bakal ajur”. Haha..jujur memiliki dua
potensi, barangsiapa jujur menuai kemujuran, semisal, saat mengakui diri Syahider
sebagai penemu dompet yang tidak sengaja ditemukan di jlan, potensi besar
ketika hal yang kemudian dilakukan adalah mengembalikan kepada pemiliknya,
yaitu upah isyarat terimakasih. Namun,terkadang jujur juga membawa Syahiders
pada kenaas’an. Ketika Syahider meminta izin tidak bisa mengikuti
latihan dan tidak datang ke sanggar selama beberapa hari dikarenakan sakit. Tanpa
sepengetahuan Syahider, Syahider ketinggalan materi latihan/gosip
terbaru sanggar.
Disarikan dari Majalah Annida,
No.8/XVII, April 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar